Kamis, 12 Maret 2009

koRupsiiiiii????

K.H. Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus menyatakan, korupsi terus terjadi karena manusia tidak mampu menjaga nafsunya sehingga ketika niat dan kesempatan korupsi terbuka, mereka menjarah uang rakyat.

"Untuk bisa korupsi ada dua hal yang memengaruhinya, yaitu niat dan kesempatan. Jika niat dan kesempatan terakumulasi, terjadilah korupsi," kata Gus Mus ketika berorasi dalam peringatan Hari Antikorupsi Internasional di Taman Budaya Raden Saleh Semarang, Sabtu (09/12). Sebelum berorasi, Gus Mus membacakan puisi berjudul "Negeri Amplop".

Menurut dia, jika ada niat tetapi tidak ada kesempatan, korupsi tidak akan terjadi dan sebaliknya apabila kesempatan terbuka namun niatnya tidak ada, maka korupsi juga tidak akan terjadi.

Oleh karena itu, Gus Mus mengharap manusia Indonesia bisa menjaga niatnya, karena bila keinginan tidak dapat dijaga dan banyak kesempatan untuk melakukannya, KKN akan terus terjadi dan merajalela.

Menurut dia, praktik korupsi di negeri ini semakin parah dan merajalela dibandingkan di zaman Presiden Soeharto.

"Kiai-kiai sekarang dalam hidupnya tidak menggunakan metode Nabi Muhammad. Mereka tidak melakukan apa yang diomongkan dalam pengajian. Mereka berbicara jangan suka menumpuk harta, tetapi nyatanya banyak kiai suka menyimpan harta," katanya.

"Ini berbeda dengan Soeharto. Dia melakukan apa yang diomongkannya. Soeharto ingin rakyat Indonesia menjadi kaya, maka Soeharto memberi contoh dengan cara memperkaya dirinya sendiri," katanya disambut gemuruh tawa ratusan orang yang mengikuti acara itu.

Ia melanjutkan, di Indoensia ketika lampu lalu lintas menyala merah, hanya ada dua kendaraan yang diperbolehkan menerobosnya, yaitu mobil ambulans dan iring-iringan mobil presiden. Tetapi, katanya, Soeharto tidak pernah menerobos lampu merah, karena sebelum melewatinya, lampu lalu lintas sudah diatur sedemikian rupa sehingga sewaktu melewatinya lampu lalu lintas menyala hijau. Kategori kaya

Menurut Gus Mus, yang diperlukan Indonesia untuk memberantas korupsi tidak lagi reformasi, melainkan revolusi semua aspek kehidupan.

Ia mengingatkan, mencintai dunia yang berlebihan merupakan sumber segala kesalahan. Manusia yang terlalu mencintai hartanya akan lupa diri dan akan melakukan tindakan bodoh, katanya.

Menurut Gus Mus, kategori kaya ada dua macam yaitu kaya dari dalam dan kaya dari luar. Kaya dari dalam merupakan rasa kaya yang berasal dari hati, contohnya seorang petani makan nasi dengan lauk tempe goreng kemudian dia bersendawa dengan kerasnya.

"Kaya yang seperti inilah yang memberi kebahagiaan tiada duanya," katanya.

Kategori kedua, kaya dari luar, seperti seorang koruptor yang kaya raya punya banyak uang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar